Alat Pengukur Curah Hujan (Jenis Sifon)

Pada postingan kali ini, saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Sdri.  mengenai alat yang digunakan dalam mengukur curah hujan.

Sebelum mengetahui alat yang digunakan dalam pengukuran curah hujan, perlu diketahui pula mengenai satuan dalam pengukuran curah hujan. Milimeter (mm) ataupun inchi (in) merupakan satuan yang digunakan dalam mengukur curah hujan. Oh iya, curah hujan sendiri merupakan istilah yang biasa digunakan di Indonesia untuk menunjukkan bentuk endapan yang sering dijumpai, selain salju (biasa dijumpai di negara dengan 4 musim) dan batu es hujan. Kembali ke satuan curah hujan, seperti disebutkan di atas bahwa satuan untuk mengukur curah hujan yaitu millimeter ataupun inchi (1 inchi = 25,4 mm), hal ini menandakan bahwa curah hujan dinyatakan sebagai tinggi ataupun panjang. Sebagai contohnya adalah jika jumlah curah hujan yang turun ke bumi adalah 1 mm ini menunjukkan bahwa tinggi air hujan yang menutupi permukaan sebesar 1 mm jikazat cair tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau atau menguap ke atmosfer (Bayong, 2004).

Untuk mengukur seberapa banyak jumlah curah hujan yang terjadi dalam suatu waktu diperlukan suatu alat pengukuran. Pluviometer ataupun penakar hujan (rain gauge), merupakan alat yang biasa digunakan dalam hal pengukuran curah hujan.

1. Rain Gauge

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa dalam Rain Gauge terdapat gelas/tabung ukur (di gambar ditunjukkan dengan nama Measuring tube) dengan luas corong penakarnya yaitu 200 cm2 atau 400 cm2, dimana gelas/tabung ukur tersebut digunakan untuk menampung air hujan yang masuk ke dalam alat tersebut. Dimana tinggi air hujan yang terdapat dalam gelas ukur tersebut dapat dilihat dari penanda ukuran (dalam gambar : measuring scale). Selain penakar hujan biasa tersebut, terdapat pula penakar hujan jenis pencatat atau otomatis. Dalam hal ini kita tidak perlu susah-susah untuk mencatat berapa jumlah curah hujan yang terjadi dalam suatu waktu, karena jenis penakar hujan ini akan secara otomatis mencatatnya untuk kita dalam sebuah kertas pias yang telah tergoreskan oleh sebuah pena yang terhubungkan dengan sebuah pelampung dalam rain gauge yang menggerakan naik atau turunnya pena tersebut dalam kertas pias. Penakar hujan otomatis tersebut merupakan penakar hujan jenis sifon.

Gambar 2 : Penakar hujan otomatis jenis sifon

(Sumber : )

Secara lengkapnya cara kerja penakar hujan otomatis jenis sifon adalah sebagai berikut :

Air hujan ditampung dalam silinder yang didalamnya terdapat sebuah pelampung. Pelampung itu sendiri dihubungkan dengan sebuah pena yang bertugas untuk menggoreskan tintanya ke dalam sebuah kertas pias. Pelampung itu sendiri bergerak naik atau turun tergantung dari banyaknya air hujan yang tertampung dalam silinder tersebut. Jika airnya banyak maka pelampung akan bergerak ke atas dan secara otomatis pula pena akan bergerak ke atas dan menggoreskan tintanya pada bagian atas kertas pias dan juga sebaliknya. Lebar kertas piasnya sendiri dibuat hanya sebesar 20 mm, dimana kertasnya dibuat mengelilingi sebuah alat. Nah bagaimana jika curah hujan yang ada dalam silinder lebih dari 20 mm?, jawabannya adalah air tersebut dibuang melalui sifon dan ditampung oleh sebuah gelas tabung, sehingga pelampung bergerak ke dasar kembali dan membuat penanya bergerak menuju angka 0 dalam kertas pias.

Oke, sekian dulu postingan saya kali ini, untuk lanjutan mengenai jenis alat lainnya dalam pengukuran curah hujan tinggal ditunggu aja.

Great Teacher Onizuka (GTO)

Kali ini saya akan memberikan resensi dorama (drama asal Jepang) yang menurut saya pantas ditonton oleh kita semua agar tidak terjebak dalam sebuah istilah “hanya bagus di luar tapi busuk di dalam” (ngemeng apa toh saya, hehehe ..), tapi intinya dorama ini keren abis lah, sampei-sampei saya selaku pria sejati aja (wkwkwkw ..) sampai terharu dan kadang menitikkan air mata (wuaaaaaaaaaa ….). Nama doramanya adalah Great Teacher Onizuka atau biasa disingkat GTO. Dorama ini terdiri dari 12 episode (bandingkan dengan sinetron kita yang bisa mencapai 200 atau 300 episode dalam satu season, sampei pemeran utamanya beranak cucu, ckckckck), dimana dorama ini merupakan adaptasi dari serial komiknya dengan judul yang sama, walaupun banyak perubahan berarti yang dilakukan pada dorama ini dibandingkan cerita di komiknya.

Dorama ini menceritakan mengenai seorang yang bernama Onizuka yang merupakan salah satu pimpinan geng motor yang cukup terkenal di Jepang bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Dia bercita-cita menjadi seorang guru dikarenakan ingin menebus kesalahannya di masa sekolah lalu, dimana ia jarang sekali masuk sekolah karena kebandelannya, oleh karena itu ia ingin kembali ke sekolah dan menikmati kembali masa-masa di sekolah (kayak lagu obie mesakh aja …). Akan tetapi cita-citanya selalu terbentur dengan kenyataan bahwa nilainya selama di perkualiahan sangat jelek. Sampai suatu saat akhirnya ia dapat suatu kesempatan untuk mengajar di sebuah sekolah yang bernama Seirin, dengan ketentuan jika ia berbuat sebuah kesalahan maka dia diharuskan mengundurkan diri.

Onizuka ditempatkan sebagai wali kelas 2-4, dimana kelas ini terkenal sebagai kelas dimana sebagian muridnya suka melakukan tindak kekerasan kepada guru maupun teman sekelasnya sendiri. Berbagai masalah muncul silih berganti menerpa Onizuka, sehingga sempat beberapa kali dia hampir meletakkan profesinya sebagai seorang guru, akan tetapi berkat kesungguhan tekadnya sebagai seorang guru serta kecintaanya terhadap anak didiknya membuat semua permasalahan dapat teratasi, dan bahkan pada akhirnya semua anak didiknya sangat mengagumi sosok seorang Onizuka.

Ternyata permasalahan bukan hanya datang dari anak didiknya sendiri, tapi dari rekan-rekan sejawatnya di Seirin, akan tetapi pada akhirnya semua rekan-rekan sejawatnya disadarkan arti sesungguhnya menjadi seorang guru oleh Onizuka.

Fakta menarik dari dorama ini adalah bahwa pemeran utama prianya yaitu Takashi Sorimachi yang berperan sebagai Onizuka berpacaran dan akhirnya menikahi pemeran utama perempuannya yaitu Nanako Matshusima yang berperan sebagai Fuyutsuki akibat cinta lokasi selama pembuatan dorama GTO ini. Saat ini malah pasangan tersebut dikaruniai dua orang anak.

Oke, segitu dulu post saya kali ini, post berikutnya saya akan bercerita sedikit mengenai sinopsis tiap episode dari dorama GTO ini. See you !

Inter News (Mei – Juni 2009)

Scudetto

Inter Milan akhirnya bisa menyejajarkan diri dengan “saudara kandungnya” – AC Milan dalam raihan gelar juara Liga Italia atau scudetto sebanyak 17 kali, setelah secara luar biasa mempertahankan scudetto sebanyak 4 kali secara berturut-turut, setelah sempat stagnan di angka 13. Dalam hal juara Copa Italia pun posisi Inter sama dengan Milan yaitu 5 kali merebut juara, padahal sebenarnya Inter bisa melampauinya setelah berada 4 kali di final dalam 5 musim terakhir, namun hanya bisa merebut 2 gelar dari 4 kemungkinan. Tapi hal ini belum bisa membuat Inter berpuas diri, dengan ambisi merebut gelar Liga Champions yang sampai saat ini belum bisa direalisasikan, Inter patut terus memperkuat skuad yang ada, ditambah kenyataan bahwa Inter masih terpaut cukup jauh dari hal koleksi gelar scudetto dengan Si Nyonya Tua – Juventus, yaitu terpaut 10 gelar. Ditambah Juve juga jumawa di pentas Copa Italia.

Dalam rangka memperkuat skuad yang ada, maka Inter seperti biasa aktif di bursa belanja pemain. Namun, kebiasaan belanja pemain yang nggak perlu harus sebisa mungkin dihilangkan. Menurut saya Inter harus bisa meniru Juve dalam hal belanja pemain, membeli pemain yang cocok dengan gaya permainan tim dan posisinya dalam tim memang sangat mendesak. Walau beberapa musim ini Inter agak cukup selektif dalam belanja pemain, namun tetap saja ada beberapa transfer pemain yang sebenarnya gak terlalu penting.

Musim depan Inter bakal diperkuat oleh dua punggawa Genoa, yaitu Diego Milito dan juga Thiago Motta. Untuk pembelian Diego Milito saya cukup setuju karena beberapa penyerang Inter bakalan hengkang, seperti Crespo yang akan ke Genoa, Cruz yang kemungkinan besar juga pindah, Adriano yang sudah dipecat dari Inter, Robert Acquafresca yang juga kemungkinan besar dipinjamkan kembali ke klub lain, dan juga icon Inter saat ini Ibrahimovich yang kemungkinan besar akan pindah ke Barcelona, Madrid, ataupun Chelsea, praktis yang tersisa hanya Mario Balotelli sebagai penyerang yang akan dipertahankan Inter. Ditambah bahwa naluri gol Milito sangat tajam, hal itu dibuktikan musim ini dengan mencetak 24 gol atau hanya terpaut satu gol dari Ibrahimovich, dengan mengingat bahwa tim yang dibelanya adalah tim medioker, prestasi itu cukup luar biasa. Akan tetapi kemampuan Milito juga akan dipertanyakan dalam sebuah tim besar, mengingat selama ini Milito hanya membela tim-tim kelas 2, seperti Zaragoza di Spanyol dan juga Genoa di Italia. Untuk Thiago Motta sebenarnya saya kurang setuju mengingat posisi gelandang bertahan yang ada di Inter masih cukup dan juga kualitasnya sangat bagus. Di posisis gelandang bertahan terdapat Esteban Cambiasso yang penampilannya sangat stabil, Sulley Muntari yang di musim perdananya bersama Inter bermain cukup apik, Patrick Vieira yang kalo saja tidak banyak cedera merupakan salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia, ditambah kemampuan Cristian Chivu yang juga dapat berposisi sebagai gelandang bertahan. Sehingga keberadaan Motta hanya akan “menggemukkan” skuad Inter saja.

Selain kepastian dua pemain itu, Inter juga saat ini mengincar dua pemain Chelsea yaitu Ricardo Carlvaho dan juga Deco. Untuk hal ini juga saya kurang setuju, mengingat kedua pemain ini sudah cukup berumur, ditambah kenyataan bahwa kemampuan Deco sudah jauh menurun dibandingkan ketika bermain di Barcelona, bahkan di Chelsea Deco hanya menjadi pemain cadangan. Tingkah laku Deco pun patut dipertanyakan, kegemarannya main ke club malam sampai dini hari membuat ia tidak pernah maksimal dalam menjalani latihan di pagi hari. Sedangkan Ricardo Carvalho seringkali mengalami cedera, sehingga menurut saya kedua pemain ini tidak akan efektif buat Inter, walaupun mereka sangat mengerti mengenai pola kepelatihan Jose Mourinho yang merupakan mantan mentornya di Porto dan juga Chelsea.

Menurut saya sebenarnya Inter harus ngotot bersaing dengan Juve untuk memperebutkan Diego Ribas dari Werder Bremen. Kemampuannya yang luar biasa sebagai playmaker membuatnya patut dijadikan target utama oleh Inter, ditambah fakta bahwa Inter tidak punya playmaker saat ini. Dejan Stankovic yang seringkali diplot sebagai playmaker oleh Mourinho musim ini sebenarnya cukup baik dalam bermain, akan tetapi kemampuan mendistribusikan bola secara “cerdas” kepada para penyerang Inter dirasa masih sangat kurang, dalam hal ini Dejan Stankovic lebih bagus berperan sebagai destroyer ketimbang jadi playmaker. Akan tetapi ketidakseriusan Inter dalam memboyong Diego membuat pemain ini lepas menuju Juve. Walaupun sebenarnya rencana pembelian Deco dimaksudkan untuk mengisi posisi playmaker, tetapi dengan kemampuannya sekarang akan sangat sulit diharapkan. Opsi lain yang dapat dilakukan adalah merekrut Wesley Sneijder atau Rafael Van der Vaart dari Real Madrid. Kedua pemain ini tergolong cukup baik berperan sebagai playmaker, ditambah bahwa kedau pemain ini kemungkinan akan dilego sebagai bagian dari pembersihan klan Belanda di Madrid. Tapi Inter pun harus serius dan cepat dalam menyambar peluang ini, mengingat Totenham Hotspur dan AC Milan juga berminat kepada dua pemain tersebut. Apalagi AC Milan mempunyai dana yang cukup besar hasil penjualan Ricardo Kaka ke Madrid, ditambah kemungkinan balas budinya Florentino Perez ke AC Milan atas proses transfer Kaka. Nama lain yang menurut saya cukup bagus namun namanya kurang begitu terkenal, yaitu Luis Suarez dari Ajax Amsterdam. Pemain tersebut menurut saya sangat bagus, baik dari skill, kemampuan berbagi bola yang juga bagus, membuatnya patut diperhitungkan sebagai calon playmaker terbaik di masa yang akan datang. Namun Inter pun harus buru-buru mengingat terdengar kabar bahwa Barcelona juga kepincut terhadap pemain yang satu ini.

Pembelian pemain lain yang harus segera dilakukan manajemen Inter adalah pembelian pemain di posisi sayap, terutama jika Mourinho ngotot untuk menggunakan pola 4-3-3 di musim depan. Ketidakcocokkan Ricardo Quaresma, pensiunnya Luis Figo, serta belum maksimalnya Amantino Mancini, membuat manajemen Inter harus segera berburu. Arjen Robben merupakan salah satu opsinya mengingat kemungkinan besar akan terjadi pembersihan klan Belanda di tubuh Madrid. Mungkin minusnya Robben ini adalah seringnya dia cedera dan kelakuannya di luar lapangan yang sering menjadi penghambat. Nama lain yang juga dapat disodorkan adalah Antonio Valencia dari Wigan, namun nama ini juga kayaknya sulit direalisasikan mengingat MU sangat bernafsu menggaet pemain ini. Nama lain yang cukup available adalah David Silva dari Valencia. Kemungkinan besar pemain ini akan dijual oleh pihak Valencia mengingat krisis keuangan di tubuh Valencia. Saingan untuk mendapatkan Silva berasal dari Liverpool, MU, atau Madrid. Atau Inter sebenarnya dapat memaksimalkan pemain yang sudah ada, semisal Luis Jimenez yang musim ini jarang sekali dapat kesempatan bermain, padahal di era Mancini dia begitu cemerlang. Ada juga nama Maxwell yang dapat didorong ke depan, Javier Zanetti juga dapat juga dijadikan pilihan, ataupun Victor Obinna yang akan kembali dari perantauannya di Spanyol, bahkan Mario Balloteli sering kali menjadi sayap pada beberapa pertandingan Inter musim ini.

Sedangkan untuk sektor belakang masih cukup melimpah, walaupun banyak yang sudah cukup berumur di posisi ini. Bercokolnya Materazzi, Cordoba, Samuel, Burdisso, Rivas, Chivu, sudah lumayan cukup tangguh mengawal lini belakang Inter. Kalaupun beli pemain belakang cukup satu pemain saja. Salah satu kandidatnya dapat Felipe Melo dari Fiorentina yang cukup bagus bermain musim ini bersama Fiorentina. Untuk sektor penjaga gawang tidak perlu ada perubahan. Keberadaan Julio Cesar membuat perasaan aman bagi para pemain belakang Inter, hanya mungkin perlunya regenerasi untuk posisi penjaga gawang cadangan, mengingat kipper kedua dan ketiga Inter sudah sangat berumur, yaitu Francesco Toldo dan Paolo Oralndoni. Solusinya adalah mempromosikan pemain dari tim reserves Inter atau dari tim primavera, dan untuk mengasah kemampuannya dapat diturunkan pada laga-laga persahabatan.

Setelah utak-atik posisi pemain yang menurut saya harus dibeli, kali ini saya akan membahas pemain yang akan keluar dari Inter. Zlatan Ibrahimovich merupakan nama pertama yang begitu ngotot ingin pindah, dengan tujuan utama tim Barcelona, yang begitu dipuji permainannya oleh Ibra. Walau agak berat melepas Ibra ke team lain, akan tetapi hal itu harus dilakukan mengingat pemain yang sudah tidak antusias bermain di suatu klub hanya akan merusak moral team secara keseluruhan. Douglas Maicon adalah nama lain yang begitu gencar diburu Chelsea dan Madrid, walaupun sebenarnya Maicon masih sangat betah di Inter, tetapi kemungkinan dia keluar masih sangat besar, mengingat salah satu team yang memburunya adalah Madrid yang selalu jor-joran dalam hal membeli pemain. Maxwell juga dikabarkan akan ke AC Milan mengingat posisinya saat ini banyak diisi oleh Santon, walau saya sangat tidak setuju jika pemain ini dijual ke Milan ,mengingat pemain ini sangat stabil dalam bermain, skillnya pun sangat bagus sekali. Patrick Vieira juga diisukan akan pindah ke PSG, jika Mourinho memutuskan untuk tidak memasukkannya ke dalam rencananya musim depan.

Oke sekian dulu Inter News kali ini. See you!

Domba Garut 2 (Tata Udara)

Oke postingan berikut ini merupakan lanjutan dari postingan sebelumnya mengenai Domba Garut. Silahkan dinikmati, semoga bermanfaat!

  • Tata Udara di Dalam Kandang

Untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, baik secara fisiologis maupun psikologis, ternak membutuhkan makanan, minuman, dan udara bersih dengan kualitas dan kuantitas yang mencukupi. Pemenuhan kebutuhan terhadap makanan dan minuman dapat dicukupi dari kegiatan pemberian pakan, yang sudah menjadi rutinitas operasional peternakan.Untuk memenuhi kebutuhan udara bersih, hanya dapat disediakan oleh lingkungan sekitar. Karakteristik lingkungan sekitar kandang, pengalaman serta pengetahuan peternak dalam penataan kawasan peternakan, memiliki peranan penting dalam mengendalikan iklim mikro di dalam kandang pengendalian pasif. Faktor yang menentukan pengendalian iklim di dalam kandang, dapat diduga melalui pendekatan pada sifat termodinamika udara dan ventilasi (Badan Standarisasi Nasional, 2001).

  • Termodinamika Udara

Udara merupakan campuran gas-gas, termasuk di antaranya udara kering dan uap air, yang berada di zona atmosfer bumi (http://www.wikipedia.org, 2008a). Karakteristik udara yang efektif terhadap kehidupan ternak, dicirikan dengan ketersediaan oksigen dalam jumlah yang mencukupi, tanpa disertai gas-gas lain yang berdampak negatif bagi ternak. Identifikasi termodinamika udara merupakan kegiatan pengondisian udara sebagai bentuk pengendalian iklim pada bangunan dalam menyediakan kenyamanan bagi manusia, hewan, tanaman, maupun proses-proses industri (http://www.taftan.com, 1998). Menurut Zain dkk. (2005), terdapat delapan sifat termodinamika untuk mengidentifikasi udara.

  • Suhu Bola Kering

Suhu bola kering atau dry bulb temperature (Tdb) merupakan suhu campuran udara kering dan uap air yang diukur melalui skala termometer raksa secara langsung (http://www.taftan.com, 1998). Suhu udara bola kering tidak dipengaruhi oleh jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Menurut Zain dkk. (2005), dalam proses kesetimbangan kalor, suhu bola kering memengaruhi intensitas kalor yang diproduksi melalui penguapan (respirasi/evaporasi) maupun melalui konveksi, salah satunya dari sistem ventilasi.

  • Suhu Titik Embun

Suhu titik embun atau dew point temperature (Tdp) merupakan suhu dari campuran udara saat terjadi kondensasi, ketika udara didinginkan. Kondensasi terjadi pada kelembaban mutlak dan tekanan parsial yang konstan, dikarenakan kalor yang terkandung di dalam campuran udara dilepaskan (Zain dkk., 2005).

  • Suhu Bola Basah

Suhu bola basah atau wet bulb temperature (Twb) merupakan suhu dimana kesetimbangan terjadi antara campuran udara dengan uap air. Suhu bola basah akan dicapai, jika udara secara adiabatis telah jenuh oleh penguapan uap air (Zain dkk., 2005). Menurut http://www.taftan.com (1998), pengukuran suhu bola basah dapat dilakukan melalui termometer raksa yang terbalut kain basah pada ujung sensornya, dengan tujuan untuk mengurangi efek radiasi di dalam udara.

  • Tekanan Uap Parsial

Tekanan uap parsial (Pv) dihasilkan oleh molekul uap air yang terkandung di dalam udara lembab, pada suhu yang sama. Apabila udara mencapai kondisi jenuh, maka tekanan uap tersebut disebut tekanan uap jenuh (Pvs) (Zain dkk., 2005). Menurut http://www.taftan.com (1998), tekanan uap parsial dapat didekati dengan persamaan :

6. Rumus 1

Pendugaan tekanan uap jenuh dapat didekati dengan persamaan :

7. Rumus 2

Keterangan :

Pv = Tekanan uap parsial (kPa)

Pvs = Tekanan uap jenuh (kPa)

Pa = Tekanan atmosfer (101,3238 kPa)

Tdb = Suhu bola kering (ºC)

Twb = Suhu bola basah (ºC)

  • Entalpi

Entalpi (h) merupakan sifat termal dari campuran udara dan uap air yang menunjukkan intensitas kalor total, yang terdiri dari kalor sensibel dan kalor laten dalam udara lembab per satuan massa udara kering, di atas suhu acuan (kJ/kgudara kering). Menurut Zain dkk. (2005), entalpi spesifik untuk satu kg udara kering dapat didekati dengan persamaan :

8. Rumus 3

Keterangan :

h = Entalpi (kJ/kg)

Tdb = Suhu bola kering (ºC)

W = Kelembaban mutlak (kguap air/kgudara kering)

  • Volume Spesifik

Volume spesifik (v) merupakan volume udara di dalam ruangan yang diisi oleh satu kg udara kering (m3/kgudara kering). Menurut Zain dkk. (2005), volume spesifik udara dapat didekati dengan persamaan berikut :

9. Rumus 4

Keterangan :

v = Volume spesifik (m3/kgudara kering)

P = Tekanan atmosfer (101,3238 kPa)

R = Tetapan gas (8.314.041 J/kg.mol.K)

Tdb = Suhu bola kering (°C)

W = Kelembaban mutlak (kguap air/kgudara kering)

  • Kelembaban Relatif

Menurut Zain dkk. (2005), kelembaban relatif atau relative humidity (RH) merupakan salah satu sifat termodinamika udara yang menyatakan perbandingan tekanan uap parsial (Pv) terhadap tekanan uap jenuh (Pvs), pada suhu konstan.

Kelembaban relatif merupakan hasil perbandingan antara massa aktual uap air dari campuran udara terhadap massa uap air yang menjadi jenuh pada suhu yang sama, yang dinyatakan dalam satuan %. Menurut Zain dkk. (2005), kelembaban relatif dapat didekati dengan persamaan :

10. Rumus 5

Keterangan :

RH = Kelembaban relatif (%)

Pv = Tekanan uap parsial (kPa)

Pvs = Tekanan uap jenuh (kPa)

  • Kelembaban Mutlak

Menurut Zain dkk. (2005), kelembaban mutlak atau rasio kelembaban (W) adalah massa uap air (mu) yang terkandung dalam udara lembab per satuan massa udara kering (ma), yang dapat didekati dengan persamaan berikut :

11. Rumus 6

Keterangan :

W = Kelembaban mutlak (kguap air/kgudara kering)

Pv = Tekanan uap parsial (kPa)

Pvs = tekanan uap jenuh (kPa)

  • Alat-alat Penduga Termodinamika Udara

Untuk menentukan karakteristik termodinamika udara di dalam ruangan, selain menggunakan persamaan-persamaan termodinamika udara pada bahasan sebelumnya, juga terdapat alat-alat lain yang dapat digunakan, yaitu sling psikrometer dan diagram psikrometrik. Sling psikrometer merupakan alat ukur parameter suhu bola basah dan suhu bola kering, yang digunakan pada kecepatan udara antara 2 dan 5 m/s. Menurut Smith (2008), Sling psikrometer memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi (Gambar 7).

Psikrometrik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara sifat fisik dan termal dalam campuran udara. Psikrometrik juga merupakan media identifikasi campuran udara yang dapat dimodifikasi sebagai output dari proses pengendalian iklim, untuk menyediakan kenyamanan bagi manusia, hewan, tanaman, maupun proses-proses industri (Badan Standarisasi Nasional, 2001).

12. Gambar 1

Gambar 7  Sling Psikrometer (Alat Penduga Termodinamika Udara)

(Sumber : http://www.taftan.com, 1998)

Diagram psikrometrik merupakan diagram penyederhanaan dari sifat-sifat udara ataupun penyajian secara grafis dari sifat-sifat termodinamika udara (Gambar 8 dan 9). Dalam upaya identifikasi termodinamika udara menggunakan diagram psikrometrik, sedikitnya dibutuhkan dua parameter untuk menduga sifat udara yang lain, melalui titik temu dari dua variabel tersebut. Menurut Zain dkk. (2005), diagram psikrometrik juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses fisik yang terjadi di lingkungan, antara lain : (Gambar 10)

  1. Proses pemanasan

Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan suhu bola kering, suhu bola basah, entalpi, dan volume spesifik dari udara lembab, sedangkan pada kelembaban relatif terjadi penurunan. Perubahan tidak terjadi pada kelembaban mutlak, suhu titik embun, dan tekanan uap parsial.

  1. Proses pendinginan

Pada proses pendinginan, terjadi penurunan suhu bola kering, suhu bola basah, dan volume spesifik, sedangkan pada kelembaban relatif terjadi peningkatan. Perubahan tidak terjadi pada kelembaban mutlak, suhu titik embun, dan tekanan uap parsial.

  1. Proses pemanasan dengan humidifikasi

Pada proses pemanasan dengan humidifikasi terjadi peningkatan parameter entalpi, kelembaban mutlak, tekanan uap, suhu bola kering, suhu bola basah, suhu titik embun dan volume spesifik, sedangkan pada parameter kelembaban relatif umumnya mengalami penurunan.

  1. Proses pendinginan dengan dehumidifikasi

Pada proses pendinginan dengan dehumidifikasi terjadi penurunan suhu bola kering, suhu bola basah, suhu titik embun, entalpi dan volume spesifik.

  1. Proses pencampuran

Pada proses pencampuran, hampir semua sifat termodinamika udara mengalami perubahan, baik peningkatan maupun penurunan.

  1. Proses pendinginan evaporatif

Pada proses pendinginan evaporatif terjadi penurunan suhu bola kering, sedangkan pada suhu titik embun dan kelembaban mutlak terjadi peningkatan. Perubahan tidak terjadi pada entalpi dan suhu bola basah.

  1. Proses pengeringan.

Pada proses pengeringan, perubahan karakteristik sifat-sifat termodinamika udara serupa dengan proses pendinginan evaporatif.

Tabel 3  Karakteristik Sifat Termodinamika Udara dari Tiap-tiap Proses Fisik

No.

Proses Fisik

Tdb

Twb

h

v

RH

Tdp

W

Pv

1.

Pemanasan

2.

Pendinginan

3.

Pemanasan humidifikasi

4.

Pendinginan dehumidifikasi

5.

Pendinginan evaporatif

6.

Pengeringan

7.

Pencampuran

Sumber  : Zain dkk. (2005)

13. Gambar 2

Gambar 8  Diagram Psikrometrik (Alat Penduga Termodinamika Udara)

(sumber : Nautica Dehumidifiers Inc., 2008)

Gambar 9  Sifat-sifat Termodinamika Udara pada Diagram Psikrometrik

(sumber : Zain dkk., 2005)

15. Proses Pemanasan

a. Proses Pemanasan

16. Proses Pendinginan

b. Proses Pendinginan

17. Proses Pemanasan Humidifikasi


c. Proses Pemanasan Humidifikasi

18. Proses Pendinginan Dehumidifikasi

d. Proses Pendinginan Dehumidifikasi

19. Proses Pendinginan Evaporatif

e. Proses Pendinginan Evaporatif

20. Proses Pencampuran

f. Proses Pencampuran

Gambar 10  Karakteristik Proses fisik pada Diagram Psikrometrik

(sumber : Zain dkk., 2005)

Keterangan :

Pv = Tekanan uap parsial (kPa)

Pvs = Tekanan uap jenuh (kPa)

Pa = Tekanan atmosfer (101,3238 kPa)

Tdb = Suhu bola kering (ºC)

Twb = Suhu bola basah (ºC)

Domba Garut Bag. I

Postingan kali ini ditulis oleh kawan saya yang bernama Gilang Ginanjar Natari, STP, yang merupakan lulusan Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Karya tulisnya berupa Analisis Pengubahan Iklim Mikro di Dalam Kandang Domba Garut dengan Metode Pengendalian Pasif (Studi kasus di UPTD-BPPTD Margawati, Kab. Garut) akan di share disini walau hanya sebatas tinjauan pustaka atau teori dasar, atau dalam penulisan skripsi atau tugas akhir berada pada bab II. Sehingga diharapkan dapat sebagai bahan literature bagi para mahasiswa yang juga sedang melakukan penelitian yang berhubungan dengan tulisannya.

Tulisannya sendiri disini tidak akan langsung diberikan semua akan tetapi bertahap. Untuk kali ini akan membahas mengenai domba garut dan sistem perkandangannya.

Semoga bermanfaat!

1. 1 Domba Garut

Domba Garut (Ovis aries) merupakan hewan ruminansia kecil, hewan pemamah biak, dan hewan mamalia yang menyusui anaknya (Cahyono, 1998). Domba Garut merupakan salah satu plasma nutfah khas di Indonesia dengan karakteristik fisik yang unik, yang tidak dimiliki oleh ras domba lain di dunia.

1. Domba

Menurut Ramadas (2007), domba Garut merupakan hasil persilangan domba Merino (Australia), domba Kaapstad atau Kaapche (Afrika), dan domba Jawa Ekor Gemuk (Indonesia) yang dirintis pada tahun 1854 oleh Adipati Limbangan di Kabupaten Garut. Pada Tahun 1926, domba Garut diindikasikan telah memiliki keseragaman karakteristik fisiologis, yang dicirikan dengan warna tubuh dominan hitam, putih, dan kombinasi hitam dan putih. Domba Garut betina umur 8 sampai 12 bulan memiliki tinggi tubuh minimal 62 cm dengan berat tubuh minimal 30 kg, sedangkan domba Garut jantan umur 12 sampai 18 bulan memiliki tinggi tubuh minimal 75 cm dengan berat tubuh minimal 60 kg. Ciri lain domba Garut yaitu pada pejantan memiliki tanduk, sedangkan betina umumnya tidak memiliki tanduk (Deptan, 2006).

Produk-produk yang dihasilkan dari peternakan domba Garut antara lain produk utama berupa daging merah sebagai sumber protein dan lemak hewani, kulit dan bulu (wool) sebagai bahan baku tekstil, serta feses sebagai limbah peternakan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik (pupuk kandang).

Khususnya bagi peternak di Jawa Barat, temperamen dan agresivitas domba Garut yang khas, dimanfaatkan semaksimal mungkin melalui lomba ketangkasan domba Garut yang dipadukan dengan pencak silat, untuk menguji kinerja fisik domba, kapasitas serta kapabilitas peternak, khususnya terhadap strategi budidaya dan pemeliharaan domba Garut yang optimal. Kondisi tersebut menjadikan domba Garut sebagai salah satu produk dalam upaya pemberagaman pariwisata, seni, dan budaya di Jawa Barat (Bank Indonesia, 2007).

1. Grafik

Gambar 2 Zona Termonetral

(sumber : Bartali, 1999)

Umumnya, ternak memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam jenis pakan dan berbagai kondisi iklim. Namun, untuk mendukung produktivitas ternak yang optimal, terdapat karakteristik iklim terutama suhu bola kering yang dapat memengaruhi metabolisme ternak, dimana intensitas kalor laten dan kalor sensibel ternak dijadikan sebagai indikatornya. Suatu kondisi yang disebut zona termonetral yang dibatasi dengan suhu kritis minimum, suhu kritis maksimum, dan kisaran suhu termonetral, merupakan faktor-faktor yang memengaruhi sistem metabolisme ternak (Gambar 2). Zona termonetral merupakan kisaran suhu bola kering yang mempertemukan intensitas kalor laten dan kalor sensibel ternak yang rendah, yang menampilkan metabolisme ternak yang optimal (Bartali, 1999).

1.2 Sistem Perkandangan

Kandang merupakan salah satu media budidaya ternak, yang bertujuan untuk mengubah iklim mikro di dalam kandang yang efektif, dimana respon ternak terhadap fluktuasi iklim adalah rendah. Kandang juga berfungsi sebagai mediator untuk setiap kegiatan peternakan yang berhubungan dengan aktivitas ternak, menyediakan sejumlah kenyamanan bagi ternak, dan memberikan naungan serta perlindungan terhadap cekaman iklim. Menurut Cahyono (1998), secara fungsional, kandang bertujuan untuk :

  1. Melindungi ternak dari hewan pemangsa (predator) ;
  2. Melindungi ternak dari cekaman iklim terutama radiasi matahari yang tinggi, hujan deras, udara dingin, hembusan angin kencang, dan lain-lain ;
  3. Mencegah ternak tidak merusak tanaman lain disekitarnya ;
  4. Memfasilitasi ternak untuk tidur dan beristirahat dengan tenang ;
  5. Memfasilitasi ternak dalam kegiatan reproduksi ;
  6. Memudahkan pemeliharan sehari-hari, contohnya pemberian pakan, pengawasan terhadap penyakit, dan pemilihan atau seleksi ternak ;
  7. Meningkatkan sanitasi areal peternakan dan higienitas bagi ternak dengan menampung dan memisahkan ternak dari kotorannya, sehingga mudah dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik (pupuk kandang).

Menurut Jones dan Friday (2008), terdapat tiga fungsi dari sistem perkandangan berdasarkan tujuan struktural perancangan, yaitu :

  1. Mengendalikan kalor ;
  2. Mengendalikan kelembaban ; dan
  3. Mengendalikan bau.

Umumnya, kandang ternak di Indonesia diarahkan untuk mengefisienkan investasi peternakan, baik secara teknis maupun ekonomis. Kondisi tersebut salah satunya dicirikan dengan bentuk konstruksi kandang yang sederhana dan tersusun dari material kontruksi dengan beban finansial yang rendah, mudah diperoleh, dan memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi. Saat ini, material kayu masih menjadi alternatif utama dalam pemilihan material, baik konstruksi permukiman, pertanian, peternakan, perkebunan, dan perindustrian skala kecil (Deptan, 2006).

Material kayu dengan massa jenis yang rendah, memberikan keuntungan lain, dimana tingkat kesulitan perancangan menjadi berkurang, sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga kerja. Terdapat pertimbangan lain terhadap aplikasi bangunan kandang yang mengarah pada karakteristik iklim di Indonesia, yang identik dengan iklim tropis lembab, yang dicirikan dengan dua jenis musim. Kondisi tersebut perlu dijadikan pertimbangan terhadap aplikasi bangunan kandang untuk meningkatkan efektifitas peredaman cekaman iklim. Karakteristik iklim tropis lembab dicirikan dengan intensitas radiasi matahari, suhu, dan kelembaban udara yang tinggi. Menurut Soegijanto (1999), karakteristik iklim tropis lembab yang lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai berikut :

  1. Suhu udara rata-rata maksimum antara 27 ºC dan 32 ºC, sedangkan suhu udara rata-rata minimum antara 20 ºC dan 23 ºC. Perubahan suhu udara diurnal mencapai 8 ºC, sedangkan perubahan suhu udara annualnya relatif kecil ;
  2. Kelembaban relatif rata-rata antara 75% dan 80% ;
  3. Curah hujan berkisar antara 1.000 dan 5.000 mm/tahun ;
  4. Umumnya, kondisi langit pada zona khatulistiwa memiliki intensitas awan yang tinggi dengan jumlah awan antara 60% dan 90% ;
  5. Luminasi langit untuk jenis langit yang seluruhnya tertutupi awan tipis mencapai lebih dari 7.000 kandela/m2, sedangkan untuk jenis langit yang seluruhnya tertutup awan tebal sekitar 850 kandela/m2 ;
  6. Radiasi matahari harian rata-rata mencapai 400 W/m2, dengan perbedaan setiap bulannya yang relatif kecil ;
  7. Kecepatan angin rata-rata adalah rendah, sekitar 2 sampai 4 m/s.

Kandang ternak di Indonesia umumnya menerapkan sistem ventilasi alami, yang mengandalkan proses fisik yang terjadi di lingkungan luar, khususnya melalui pergerakan angin dan perbedaan suhu, dengan tujuan untuk memenuhi sirkulasi dan distribusi udara di dalam kandang. Dengan menerapkan sistem ventilasi alami, maka resiko kecelakaan pada ternak menjadi berkurang (Yusop, 2006). Namun, pada kenyataannya, penerapan sistem ventilasi alami membutuhkan pertimbangan yang teliti dan selektif, terutama pada variabel-variabel iklim yang berhubungan dengan sistem ventilasi alami.

Fluktuasi iklim di sekitar kandang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi efektivitas sistem ventilasi alami. Fluktuasi iklim juga dapat menyebabkan cekaman panas saat siang hari dan cekaman dingin, mulai sore sampai menjelang pagi hari. Metode pengendalian iklim yang mengandalkan proses fisik di lingkungan luar, identik dengan metode pengendalian pasif. Metode pengendalian pasif tidak selalu dapat mengubah iklim yang diharapkan sepanjang hari, dikarenakan adanya keterbatasan sifat-sifat material konstruksi kandang, terutama sifat termofisika material (Soegijanto, 1999).

Tabel 1 Perbedaan Antara Kandang Pengendalian Aktif dan Pengendalian Pasif

No.

Parameter

Bentuk Pengendalian

Aktif

Pasif

1.

Prinsip pengendalian

Mekanik

Termofisik

2.

Tingkat kesulitan perancangan

Sedang à berat

Ringan

3.

Pengaruh lingkungan sekitar

Relatif rendah

Tinggi

4.

Karakteristik rekayasa iklim mikro

Konstan

Fluktuatif

5.

Pertambahan berat badan ternak

Ideal

Ideal

6.

Resiko kecelakaan

Sedang à tinggi

Ringan

7.

Kesesuaian terhadap iklim tropis

Sangat baik

Baik

8.

Konsumsi energi listrik

Sedang à tinggi

Sangat rendah

9.

Frekuensi pemeliharaan kandang

Sedang à tinggi

Sangat rendah

10.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

Sedang à tinggi

Sangat rendah

11.

Beban investasi

Sedang à tinggi

Sangat rendah

12.

Aplikasi terhadap peternak Indonesia

Sulit

Mudah

Sumber : Soegijanto (1999)

Kandang dengan metode pengendalian iklim secara pasif, memberikan toleransi dengan berinteraksi melalui proses-proses fisika lingkungan, dalam upaya pengubahan iklim mikro di dalam kandang. Pengubahan iklim mikro di dalam bangunan sejalan dengan fluktuasi di lingkungan luar bangunan, dengan intensitas yang berbeda pada parameter iklim mikro yang spesifik. Fluktuasi iklim di lingkungan luar dapat memengaruhi iklim mikro di dalam kandang, serta sistem metabolisme ternak, dalam kaitannya terhadap konsep termonetral.

Menurut Cahyono (1998), klasifikasi kandang berdasarkan tipe atap ditujukan untuk pola sirkulasi udara di dalam kandang, sedangkan klasifikasi kandang berdasarkan tipe lantai ditujukan untuk efektivitas sanitasi dan higienitas kandang (Gambar 3). Klasifikasi kandang berdasarkan orientasi arah perancangan dinding (vertikal, horizontal, ataupun diagonal), pada dasarnya tidak memberikan perbedaaan nyata terhadap karakteristik pengubahan iklim mikro (Gambar 4). Namun, adanya rongga udara pada dinding dapat memengaruhi ventilasi di dalam kandang, dimana rongga udara dapat berfungsi sebagai ventilator, yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara melalui rongga tersebut (Bartali, 1999).

2. Kandang

Gambar 3  Klasifikasi Kandang Berdasarkan Tipe Atap dan Lantai

(sumber : Cahyono, 1998)

Menurut Jones dan Friday (2008), klasifikasi kandang berdasarkan sistem ventilasi alami, antara lain  : (Gambar 5)

  1. small housing unit dirancang dengan jumlah populasi ternak yang rendah ;
  2. open front building digunakan untuk ternak dengan spesifikasi berat tubuh di atas 300 kg ;
  3. modified open front building merupakan jenis kandang modifikasi yang menerapkan mekanisme buka tutup pada sistem ventilasi, untuk mengefektifkan kinerja sirkulasi dan distribusi udara di dalam kandang

Konsep tata ruang bangunan dalam kawasan peternakan memiliki peranan penting pada karakteristik pengubahan iklim mikro, khususnya pada kawasan peternakan yang didominasi oleh kandang pengendalian pasif (Jones dan Friday, 2008). Sebagai salah satu bagian dari penataan ruang kawasan peternakan, orientasi lokasi dan arah kandang dapat ditentukan melalui pendekatan pada karakteristik iklim. Konsep penataan ruang kawasan peternakan dapat didekati melalui orientasi kandang terhadap pergerakan angin dan orientasi kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi kawasan peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu dan tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.

Penataan kandang juga dapat dispesifikkan dengan pertimbangan pada produk utama peternakan (Bartali, 1999). Produk-produk ekonomis tinggi yang dihasilkan dari peternakan domba yaitu daging merah dan wool. Umumnya, peternakan domba di Indonesia dicirikan dengan produk daging merah sebagai produk utama, yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan wool, sehingga surplus finansial yang diperoleh relatif lebih besar.

Tabel 2 Karakteristik Suhu Bola Kering dan Kelembaban Relatif

Tiap-tiap Aktivitas Ternak (Umum)

No.

Jenis Aktivitas

Suhu (°C)

Kelembaban Relatif (%)

1.

Istirahat/pemberian pakan

10-17

60-80

2.

Perawatan ternak muda

20-22

60-80

3.

Perawatan ternak remaja

10-17

60-80

4.

Penggemukkan

10-17

60-80

5.

Penyapihan

18-22

60-80

Sumber : Bartali (1999)

Menurut Bartali (1999), setiap jenis aktivitas ternak memiliki karakteristik iklim yang spesifik, terutama pada suhu bola kering dan kelembaban relatif, dimana karakteristik iklim yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas kegiatan operasional. Manfaat lain dari upaya sinkronisasi kegiatan operasional terhadap spesifikasi aktivitas ternak yang didasari oleh karakteristik iklim, juga dapat meningkatkan sanitasi dan higienitas kandang (Tabel 2).

Menurut Bartali (1999), aktivitas ternak yang dapat dispesifikkan yaitu :

  1. Aktivitas istirahat dan konsumsi terdiri dari makan dan minum ;
  2. Aktivitas perawatan anak ;
  3. Aktivitas penyapihan, yaitu pemisahan ternak muda dari induknya ;
  4. Aktivitas penggemukkan ;
  5. Aktivitas karantina untuk perawatan ternak yang sakit ;
  6. Aktivitas produksi untuk memperoleh daging maupun wool.

Contoh rancangan penataan ruang dengan produk utama daging merah, dan dispesifikkan pada aktivitas ternak, serta turut mempertimbangkan akses transportasi yang mendukung kinerja operasional, disajikan pada Gambar 6.

Konsep tata ruang bangunan dalam kawasan peternakan memiliki peranan penting pada karakteristik pengubahan iklim mikro, khususnya pada kawasan peternakan yang didominasi oleh kandang pengendalian pasif (Jones dan Friday, 2008). Sebagai salah satu bagian dari penataan ruang kawasan peternakan, orientasi lokasi dan arah kandang dapat ditentukan melalui pendekatan pada karakteristik iklim. Konsep penataan ruang kawasan peternakan dapat didekati melalui orientasi kandang terhadap pergerakan angin dan orientasi kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi kawasan peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu dan tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.

Penataan kandang juga dapat dispesifikkan dengan pertimbangan pada produk utama peternakan (Bartali, 1999). Produk-produk ekonomis tinggi yang dihasilkan dari peternakan domba yaitu daging merah dan wool. Umumnya, peternakan domba di Indonesia dicirikan dengan produk daging merah sebagai produk utama, yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan wool, sehingga surplus finansial yang diperoleh relatif lebih besar.

Tabel 2 Karakteristik Suhu Bola Kering dan Kelembaban Relatif

Tiap-tiap Aktivitas Ternak (Umum)

No.

Jenis Aktivitas

Suhu (°C)

Kelembaban Relatif (%)

1.

Istirahat/pemberian pakan

10-17

60-80

2.

Perawatan ternak muda

20-22

60-80

3.

Perawatan ternak remaja

10-17

60-80

4.

Penggemukkan

10-17

60-80

5.

Penyapihan

18-22

60-80

Sumber : Bartali (1999)

3. Bentuk

Gambar 4  Klasifikasi Konstruksi Dinding Kandang

(sumber : Bartali, 1999)

4. Bentuk 2

Gambar 5  Klasifikasi Kandang Berdasarkan Sistem Ventilasi Alami

(Sumber : Jones dan Friday, 2008)

Menurut Bartali (1999), aktivitas ternak yang dapat dispesifikkan yaitu :

  1. Aktivitas istirahat dan konsumsi terdiri dari makan dan minum ;
  2. Aktivitas perawatan anak ;
  3. Aktivitas penyapihan, yaitu pemisahan ternak muda dari induknya ;
  4. Aktivitas penggemukkan ;
  5. Aktivitas karantina untuk perawatan ternak yang sakit ;
  6. Aktivitas produksi untuk memperoleh daging maupun wool.

Contoh rancangan penataan ruang dengan produk utama daging merah, dan dispesifikkan pada aktivitas ternak, serta turut mempertimbangkan akses transportasi yang mendukung kinerja operasional, disajikan pada Gambar 6.

5. Bentuk 3

Gambar 6  Konsep Tata Ruang Kandang dengan Prioritas

Produk Utama Daging Merah (Red Meat)

(Sumber : Bartali, 1999)

Distribusi Frekuensi (Perencanaan Saluran Drainase Bag. III)

Melanjutkan postingan mengenai perencanaan saluran drainase, kali ini saya akan membahas mengenai perhitungan curah hujan rencana menggunakan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness (tabel 1).

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, dimana masing-masing distribusi memiliki sifat-sifat khas sehingga setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Pengujian tersebut sangat penting dilakukan karena menurut saya ada beberapa kesalahan yang biasa digunakan orang dalam penentuan curah hujan rencana menggunakan distribusi frekuensi. Banyak orang menggunakan Distribusi Gumbel tanpa adanya dasar yang kuat. Padahal belum tentu sebaran data curah hujan di wilayah tersebut cocok dengan Distribusi Gumbel. Bahkan di Pulau Jawa, menurut Bapak Sri Harto sekitar 90% sebaran data curah hujan cocok dengan Distribusi Log-Pearson III. Sehingga kalau distribusi frekuensinya tidak cocok dengan sebaran data yang ada maka error yang didapat akan sangat besar.

Nah berikut ini beberapa distribusi frekuensi yang biasa digunakan dalam bidang hidrologi :

1). Distribusi Gumbel

Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai perumusan sebagai berikut :

Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan diatas.

2). Distribusi Normal

Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Distribusi Normal, mempunyai perumusan sebagai berikut :

3). Distribusi Log Pearson III

Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Log Pearson III, mempunyai langkah-langkah perumusan sebagai berikut :

Catatan :

Untuk penurunan rumus masing-masing distribusi frekuensi dapat anda temukan dalam buku-buku statistika.

LAMPIRAN :



Oke sekian dulu pembahasan mengenai distribusi frekuensi. Postingan berikutnya adalah mengenai contoh penggunaan distribusi frekuensi dan memilih distribusi frekuensi yang cocok dengan sebaran data yang ada dengan menggunakan Uji Chi-Kuadrat.

Atmosfer

Atmosfer seringkali dihubungkan dengan isu yang sangat marak tahun-tahun belakangan ini, apalagi kalau bukan Global Warming. Seperti penipisan lubang ozon yang berada di atmosfer, meningkatnya suhu atmosfer karena konsentrasi gas rumah kaca yang makin meningkat, dan bla bla bla. Tetapi masih banyak diantara kita yang masih belum mengerti bahkan belum tahu apa itu atmosfer. Makhluk atau benda seperti apa sich atmosfer ini?@#%^*#0.

1. Atmosfer

Gambar 1 Atmosfer Dilihat Dari Luar Angkasa

(Sumber : C. Donald Ahrens – Essentials of Meteorology)

Oke, postingan kali ini akan membahas secara singkat mengenai apa itu atmosfer. Atmosfer diibaratkan sebagai sebuah selimut udara yang melindungi bumi kita yang rentan ini. Berbagai gas bersemayam di atmosfer kita ini, seperti nitrogen, oksigen, argon, dan satu yang paling terkenal saat ini yaitu karbondioksida. Yang jika digabung keempat gas tersebut hampir meliputi 100 persen dari volume udara kering.

Udara kering :Secara kasarnya udara kering diartikan sebagai udara tanpa kehadiran uap air atau H2O.

Tabel 1 Komposisi Gas Utama Dalam Udara Kering

(Sumber : Bayong, 2004)

Gas Volume (%) Massa (%)
Nitrogen (N2) 78,088 75,527
Oksigen (O2) 20,949 23,143
Argon (Ar) 0,930 1,282
Karbon dioksida (CO2) 0,030 0,045
Total 99,997 99,997

Tabel 2 Komposisi Gas Yang Ada Dalam Atmosfer

(Sumber : C. Donald Ahrens – Essentials of Meteorology)

2. Komposisi

Tabel 2 diatas menunjukkan berbagai gas yang ada di dalam atmosfer secara keseluruhan (100 %), dan biasa disebut sebagai udara atmosfer yang merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Dari tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat bahwa gas yang sangat dominan di atmosfer ini adalah gas Nitrogen. Gas ini tidak secara langsung bergabung dengan unsur lain, tetapi pada hakikatnya unsur ini adalah penting karena Nitrogen merupakan bagian dari senyawa organik. Gas ini di permukaan secara alami mengalami kesetimbangan dari proses output dan input yang seimbang. Untuk proses output-nya atau keluarannya, Nitrogen banyak lepas dari atmosfer akibat proses biological yang melibatkan bakteri tanah. Sedangkan proses inputnya banyak disebabkan oleh proses pembusukan baik dari tanaman maupun hewan, serta bisa juga akibat letusan gunung api.

Yang kedua terbanyak adalah gas Oksigen (O2). Gas ini begitu familiar bagi telinga kita. Seperti kita ketahui bahwa gas ini banyak dihasilkan oleh proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan, sedangkan pengambilan gas ini di atmosfer banyak dilakukan oleh kita para manusia untuk bernafas, selain makhluk hidup yang lain juga. Selain itu proses peluruhan bahan organik juga ikut lepasnya oksigen dari atmosfer. Tapi tenang saja kok, banyaknya oksigen yang diambil sama dengan yang dihasilkan alias konstan. Oksigen di atmosfer juga dapat bereaksi juga dengan unsur lain dimana prosesnya disebut dengan oksidasi, dengan besi yang berkarat sebagai contohnya.

Gas yang ketiga terbesar adalah Argon. Seperti kita pernah pelajari di SMU, gas Argon termasuk ke dalam gas mulia (masuk dalam golongan VIIIA) dan sangat sulit untuk bergabung dengan unsur lainnya. Kumpulan gas mulia lain yang ada di atmosfer antara lain adalah Neon (Ne), Xenon (Xe), dan Krypton (Kr).

Jadi inget pas SMU dulu, disuruh ngapalin gas – gas yang termasuk dalam gas mulia. Waktu itu gurunya (Bu Lina) ngasih kata-kata kayak gini biar mudah diapalinnya :Heboh Negara Argentina Karena Xenatnya Runtuh

Gas Konfigurasi Elektron

2He : Helium  : 1s2

10Ne : Neon   : 1s2 2s2 2p6

18Ar : Argon   : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

36Kr : Krypton : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6

54Xe : Xenon   : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s2 5p6

86Rn : Radon   : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s2 5p6 4f14 5d10 6s2 6p6

Dari daftar penghuni golongan VIIIA alias gas mulia ini dapat terlihat hanya gas Radon yang tidak ikut nimbrung dalam kancah per-gasan yang ada di atmosfer. Radon sendiri seperti kita ketahui mempunyai sifat radioaktif.

Dari konfigurasi elektron diatas dapat terlihat mengapa gas-gas yang ada di golongan ini sulit bergabung dengan unsur lain, hal ini disebabkan oleh stabilnya konfigurasi elektron gas-gas ini, oleh karena itu pula konfigurasi elektron terluarnya (konfigurasi duplet dan konfigurasi oktet) dijadikan dasar Teori Ikatan Kimia.

Boleh dibilang keberadaan gas-gas mulia ini di atmosfer ini kurang mempunyai peranan penting dalam atmosfer, akan tetapi setiap gas mulia tersebut mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :

He : Gas ini gas yang paling ringan, sehingga seringkali digunakan sebagai bahan bakar balon udara. Berguna sekali pada penelitian lapisan udara atas menggunakan Radiosonde.

Ne : Biasa digunakan pada lampu iklan dan lampu flouresen

Ar : Pengisi bola lampu, tabung flouresen, dan tabung fotografi.

Kr : Untuk lampu fotografi (memberikan warna jingga dan hijau yang terang)

Xe : Pengisi bola lampu, tabung flouresen, dan tabung lasser

Rn : Sumber sinar radioaktif pada pengobatan kanker

Beralih ke gas yang paling banyak dibincangkan saat ini yaitu karbon dioksida alias CO2. Gas ini merupakan penyebab dari efek rumah kaca (greenhouse) transparan terhadap radiasi gelombang pendek dan menyerap radiasi gelombang panjang. Dalam artian efek rumah kaca banyak disebabkan oleh tertahannya radiasi inframerah yang dipancarkan oleh bumi, sehingga radiasi ini tidak dapat dilepaskan ke luar angkasa, sehingga CO2 yang melebihi ambang batas akan membuat gas ini berperan sebagai rumah kaca yang akan menaikkan suhu atmosfer yang pada gilirannya akan menyebabkan global warming.

Radiasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda yang mempunyai suhu di atas nol mutlak dan merupakan satu-satunya bentuk energi yang dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar (Susilo Prawirowardoyo, 1996).Radiasi bumi sendiri banyak berkisar pada daerah panjang gelombang inframerah yaitu antara 4 mikrometer sampai 120 mikrometer dengan puncaknya 10 mikrometer. Sumber radiasi bumi sendiri berasal dari pemanasan permukaan bumi oleh penyerapan radiasi matahari.

Radiasi matahari sendiri biasa disebut radiasi gelombang pendek karena hampir seluruh (99%) energi radiasi matahari berada di daerah gelombang pendek, yaitu antara 0,15 mikrometer dan 4 mikrometer.

Sehingga dapat dibayangkan jika radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi sangat leluasa, dalam artian proses pencegatannya menuju permukaan bumi sangat kurang akibat kurangnya proses absorpsi atau penyerapan di atmosfer yang terjadi akibat “bolongnya” ozon yang banyak berfungsi menyerap radiasi gelombang pendek matahari pada daerah panjang gelombang ultraviolet di bawah 0,29 mikrometer, maka permukaan bumi akan mengalami pemanasan yang berlebih. Nah, ketika bumi memancarkan radiasi yang diterimanya, maka CO2 akan banyak mencegatnya akibat dari makin meningkatnya gas ini di atmosfer.

Efek rumah kaca sendiri hanya sebuah perumpamaan. Istilah ini banyak digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Tanaman yang disimpan dalam sebuah rumah yang dikelilingi oleh kaca-kaca yang berfungsi agar panas yang ada dalam rumah tersebut tetap “terkungkung” di dalamnya, dan tidak banyak keluar dari rumah tersebut.

Sekarang kita beralih ke ozon yang walau konsentrasinya di atmosfer sedikit tapi mempunyai peranan yang sangat penting. Ozon merupakan gas yang molekulnya terdiri dari tiga atom oksigen (O3). Kebanyakan gas ini terdapat pada lapisan stratosfer, dengan ketinggian spesifiknya berada pada ketinggian antara 15 – 35 km. Ozon berasal dari terbelahnya molekul oksigen di bawah pengaruh radiasi matahari ultraviolet menjadi atom oksigen. Atom oksigen hasil belahan ini masing-masing kemudian bertumbukan dan bergabung dengan molekul oksigen lain membentuk ozon (Susilo Prawirowardoyo, 1996).

O2 + radiasi ultraviolet à O + OO + O2 + M à O3 + M

M adalah molekul ketiga, biasanya N2 atau O2

Meskipun pembelahan molekul oksigen biasanya terjadi dalam lapisan antara 80 – 100 km, pembentukan ozon berlangsung dalam lapisan di bawahnya, yaitu antara 30 dan 60 km. Ini disebabkan oleh kerapatan atmosfer yang sangat rendah antara 80 – 100 km, tidak mendukung terjadinya tumbukan antara O dan O2, sedangkan tumbukan ini merupakan proses yang diperlukan bagi pembentukan ozon (Susilo Prawirowardoyo, 1996).

Ozon sendiri tidaklah stabil karena dapat terpecah di bawah pengaruh radiasi atau pada tumbukan dengan atom oksigen (O).

O3 + Radiasi à O + O2O3 + O à O + O2

Pola distribusi ozon di dalam atmosfer ditentukan oleh mekanisme sirkulasi yang mengangkut ozon ke ketinggian yang peluang untuk terpecahnya lebih kecil. Ketinggian atau daerah semacam itu terdapat dalam lapisan stratosfer pada ketinggian antara 15 – 35 km di atas permukaan bumi. Daerah ini disebut ozonosfer (Susilo Prawirowardoyo, 1996).

Nah, seperti disebutkan sebelumnya bahwa ozon mempunyai peranan penting dalam menyerap radiasi ultraviolet yang dipancarkan radiasi matahari, sehingga kita sebagai makhluk hidup masih dalam taraf aman dalam menerima radiasi ultraviolet (tapi jangan lama-lama berjemur juga, karena jika terlalu lama dapat membakar kulit  dan bahkan menimbulkan kanker kulit). Lalu bagaimana dengan isu adanya penipisan lubang ozon ?.

Yups itu benar, berdasarkan penelitian di Kutub Selatan terlihat bahwa sudah terjadi penipisan lubang ozon. Hal itu terlihat dalam foto satelit yang secara jelas menunjukkannya. Penipisan lubang ozon ini sendiri menurut para ahli dikarenakan kebiasaan kita menggunakan barang-barang yang salah satu senyawanya dapat membuat ozon kita terurai. Senyawa yang terkenal itu adalah klorofluorokarbon atau biasa disingkat CFC atau lebih terkenal lagi dengan sebutan Freon. Senyawa ini banyak terdapat pada mesin pendingin dan di dalam tabung aerosol. Contohnya adalah hairspray, deodorant, kulkas, dll (walaupun sekarang ini sudah jarang kita temui penggunaan senyawa ini pada barang-barang tersebut).

Bagaimana caranya ozon dapat terurai di atmosfer?, secara singkatnya adalah CFC yang masuk ke lapisan ozon akan teguh berada di sana karena sifatnya yang ngeyel, susah dibilangin (hehehe .. becanda), sorry yang bener adalah sifatnya yang stabil, tidak terurai, dan cukup kuat bertahan lama. Lalu kok bisa dia mengikat salah satu atom oksigen dalam ozon?, hal itu dikarenakan jika CFC ini kena radiasi ultraviolet yang banyak mengenai lapisan ozon, maka si klorin akan berkhianat karena panas kali ya (hehehe ..). Dengan lepasnya klorin ini maka si klorin membujuk salah satu atom oksigen yang ada dalam gas ozon untuk “jadian” dengannya. Maka komitmen yang dibangun selama ini lepas, O2 alias si oksigen kembali ke status awalnya yaitu berdiri sendiri. Oke serius lagi ni, maka setelah lepasnya kongsi antar atom oksigen ini dipastikan ozon ini bakalan nggak ada. Alhasil lapisan ozon pun rusak, karena sebagian udah berubah bentuk menjadi atom oksigen biasa.

Oke, sekian dulu pembahasan mengenai atmosfernya, postingan berikutnya saya akan membahas mengenai struktur vertikal atmosfer.

Sekilas Info :Atmosfer berasal dari kata Yunani, yaitu atmos yang berarti uap dan sphaira yang berarti bulatan. Jadi boleh diartikan sebagai lapisan gas yang menyelubungi bumi (Bayong, 2004).

Daftar Pustaka

v  Ahrens, C. Donald., Essentials of Meteorology – An Invitation to the Atmosphere 3rd Edition.

v  Prawirowardoyo, Susilo. (1996), Meteorologi, Penerbit ITB : Bandung

v  Tjasyono, Bayong HK. (2004), Klimatologi, Penerbit ITB : Bandung