Setelah beberapa waktu ini baca-baca mengenai Teori Kecerdasan Majemuk yang dicetusin sama Howard Gardner, berikut ini ada sedikit tulisan saya mengenai salah satu kecerdasan yang ada pada teori tersebut, yaitu kecerdasan intrapersonal. Tulisan ini berisi cara meningkatkan kecerdasan intrapersonal anak didik oleh para pendidik (guru). Sok mangga atuh dibaca.
MENGENAL KECERDASAN INTRAPERSONAL
Jika kecerdasan interpersonal menekankan kemampuan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain, maka kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan untuk berinteraksi dengan diri sendiri. Menurut Howard Gardner sendiri, yang merupakan pencetus teori kecerdasan majemuk mengatakan bahwa kecerdasan intrapersonal berarti peka terhadap perasaan, keinginan, dan ketakutannya sendiri, atau secara sederhananya dia tahu kelemahan serta kekuatan dirinya sendiri serta tahu apa yang akan dituju olehnya dengan mengandalkan kekuatan dirinya serta meminimalisir kelemahan dirinya.
Kecerdasan intrapersonal atau dapat dikatakan dengan cerdas diri terdiri dari lima tahapan yang saling berkaitan, yaitu mampu memahami emosi diri, meregulasi emosi, memotivasi diri, memahami orang lain, dan interaksi dengan orang lain. Anak didik yang cerdas diri dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal dan juga melalui bahasa tubuh (memahami emosi diri), contoh dari hal tersebut dapat dilihat ketika anak didik kita kesal karena mungkin ada temannya ada yang mengejek dia. Dia tidak akan bertindak reaktif dengan cara uring-uringan atau membanting alat tulis yang dia punyai, akan tetapi dia tetap mengalihkan kekesalannya tersebut dengan bersifat tenang serta mencoba tidak meladeni temannya tersebut atau dia melaporkan kejadian tersebut sebagai kepada guru atau orangtuanya sebagai cara agar temannya tersebut dapat dinasehati atas perilakunya tersebut dan untuk berhenti mengejeknya. Anak tersebut memahami emosi yang ada dalam dirinya dan berusaha tidak terpancing dengan ejekan temannya (meregulasi emosi), karena dia tahu jika dia terpancing, maka akan timbul konflik dengan temannya tersebut. Selain itu dia pun enggan mengejek kembali temannya tersebut karena dia memahami bagaimana tidak enaknya diejek (memahami orang lain) serta dia memikirkan konflik yang terjadi yang akan berakibat pada permusuhan diantara dia dan temannya (interaksi dengan orang lain).
CIRI-CIRI KECERDASAN INTRAPERSONAL
Sebagian dari ciri-ciri dari anak didik yang mempunyai potensi kecerdasan intrapersonal telah diuraikan pada awal pembahasan bab ini. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas tambahan ciri-ciri anak didik dengan kecerdasan intrapersonal tinggi, yang antara lain adalah sebagai berikut ini :
1). Sadar kemampuan diri
Menurut Psikolog Jagadnita Consulting, Felicia Irene, MPsi, anak dengan kecerdasan intrapersonal tinggi biasanya bisa mengungkapkan keinginannya dengan cara yang baik, tidak memaksakan kehendaknya, tahu kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga berani tampil saat mereka merasa mampu. Pada anak yang memiliki kecerdasan diri rendah akan berlaku sebaliknya sehingga kurang percaya diri untuk tampil.
2). Memiliki rasa empati yang tinggi
Kemampuannya memahami perasaan orang lain membuatnya memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain serta memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungannya. Dengan rasa empati dan kepekaan yang tinggi tersebut dia menyayangi dan memiliki keinginan membantu sesamanya yang sedang membutuhkan.
3). Sensitif
Memahami emosi diri serta memahami orang lain, merupakan kemampuan yang dipunyai anak didik dengan kecerdasan intrapersonal. Dengan kemampuan tersebut, biasanya anak didik akan sangat sensitif terhadap suatu kejadian atau permasalahan. Sebagai contoh jika timnya kalah dalam suatu permainan dan dia juga membuat suatu kesalahan dalam permainan tersebut, maka dia akan sangat merasa bersalah kepada teman setimnya. Dia akan terus merasa bersalah dalam jangka waktu cukup lama, walaupun sebenarnya teman-temannya sudah memaafkannya dan bahkan telah melupakan kejadian tersebut.
4). Penyendiri
Salah satu kebiasaan anak didik dengan kecerdasan intrapersonal adalah seringnya dia menyendiri. Dia terlihat sering menyendiri karena kebiasannya untuk mengevaluasi dirinya sendiri serta kejadian yang terjadi pada dirinya. Sebagai contoh, jika dia dimarahin oleh gurunya karena bersenda gurau dengan temannya ketika belajar di kelas, maka setelahnya dia akan mengevaluasi dirinya dan kejadian tersebut. Dia mengevaluasi dari kejadian tersebut bahwa tindakan gurunya dilakukan karena sang guru merasa tidak dihormati olehnya serta perbuatannya telah menggangu aktivitas belajar teman-teman sekelasnya. Dari hasil evaluasinya tersebut dia akan merasa bersalah atas perbuatan yang telah dilakukannya dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi;
MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Meningkatkan kecerdasan intrapersonal sangat penting untuk dilakukan kepada anak didik kita sebagai upaya pengembangan diri anak ke arah yang lebih baik. Dengan meningkatkan kecerdasan ini, diharapkan anak didik mampu mengetahui kemampuan serta kelemahan dirinya, punya tujuan yang akan dicapai serta langkah yang akan dibuat untuk menuju tujuan tersebut, sehingga nantinya anak didik berkembang sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya dan tidak mencoba meniru-niru orang lain yang belum tentu sesuai dengan dirinya.
Beberapa cara berikut ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal anak didik kita :
1). Membuat catatan harian
Terdapat beberapa anak yang belum bisa mengekspresikan apa yang ada dalam benaknya kepada orang lain, baik kepada temannya, gurunya, atau terhadap orangtuanya sendiri. Oleh karena itu kita dapat menyuruh anak didik kita yang telah bisa membaca dan menulis untuk membuat sebuah catatan harian tentang kesehariannya, baik itu ketika belajar di sekolah, bermain, atau ketika berada di rumah. Dengan membuat catatan harian anak akan merasa bebas untuk mengeluarkan segala apa yang ada dalam pikirannya, yang tidak secara langsung membuatnya belajar mengekspresikan diri walau untuk sementara melalui media tulisan;
2). Membuat rencana harian
Dengan membuat rencana harian, anak akan dilatih untuk belajar merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan. Setelah anak didik terbiasa dengan membuat rencana harian, maka kita dapat menyuruhnya untuk membuat rencana mingguan atau bahkan bulanannya. Hal tersebut akan melatihnya sedikit demi sedikit membuatnya mampu merancang visi serta misi dalam hidupnya.
3). Evaluasi
Setelah kita menyuruh anak didik kita membuat sebuah catatan harian maupun berbagai rencana ke depan, langkah berikutnya adalah meminta anak didik kita melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan terhadap rencana-rencana yang telah dibuatnya sendiri. Evaluasi mengenai apa saja rencana-rencana yang telah dijalankan dengan baik serta rencana-rencana mana saja yang tidak dapat dijalankan. Beri tanda check list pada rencana-rencana yang berhasil dijalankan, dan beri tanda silang kepada rencana-rencana yang gagal untuk dijalankan. Hitung berapa rencana yang berhasil dengan yang tidak berhasil dijalankan. Ketika anak didik ada yang berhasil menjalankan seluruh rencana yang telah ia buat, maka kita dapat memberikannya sebuah penghargaan yang bisa berupa pemberian hadiah serta pujian atas kedisiplinannya menjalankan rencana tersebut. Kepada anak didik yang presentase jumlah rencana yang berhasil dikerjakannya lebih besar daripada rencana yang gagal dijalankan, maka kita tetap memberi pujian sambil mendorongnya untuk lebih meningkatkan presentase keberhasilannya menjalankan rencana. Namun ketika ada anak didik yang ternyata lebih banyak gagal menjalankan rencana yang telah ia buat sendiri, kita tanyakan alasannya mengapa rencana tersebut gagal ia jalankan dan berikan saran serta solusi jika ada permasalahan yang membuat ia gagal menjalankan rencananya tersebut. Kegiatan ini akan melatih anak didik kita untuk tidak hanya sekedar berencana namun juga mampu menjalankan rencana tersebut serta mengajarkannya disiplin terhadap diri sendiri untuk menjalankan atas apa yang telah ia canangkan sebelumnya.
4). Instal ulang pikiran bawah sadar
Banyak dari anak didik kita yang mempunyai citra diri yang rendah. Dia merasa dirinya bodoh, malas, merasa minder ketika bergaul dengan teman yang lain, dan perasaan-perasaan negatif terhadap dirinya. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai informasi negatif yang ia dapatkan dari lingkungan sekitarnya telah tersimpan dalam pikiran bawah sadarnya dan membentuk sebuah belief negatif terhadap dirinya. Salah satu cara menghilangkan belief tersebut adalah melakukan “instal ulang” terhadap pikiran bawah sadar dengan memberikan informasi-informasi baru terhadap pikiran bawah sadar.
Anak yang telah mempunyai belief atau persepsi diri bahwa dia anak yang bodoh, malas, dan persepsi negatif lainnya yang telah tersemat dalam pikiran bawah sadarnya, akan sangat sulit berubah jika hanya mengandalkan perubahan dengan mengandalkan motivasi secara verbal (kata-kata) biasa seperti : “ayo belajar yang rajin, kamu kan siswa yang pandai”, karena kata-kata baru tersebut dianggap sebagai sebuah informasi baru yang tidak sesuai dengan belief dan persepsi yang telah terbentuk pada dirinya, yaitu bahwa dirinya anak yang malas dan bodoh. Oleh karena itu diperlukan cara lain yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses “instal ulang” pikiran bawah sadar anak didik kita. Sebelum melangkah ke cara-cara tersebut, maka kita perlu tahu prinsip dasar dari proses “instal ulang” pikiran bawah sadar, dimana prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
– Proses instal ulang dilakukan pada saat otak berada pada gelombang alpha atau theta
Otak kita sebenarnya mengeluarkan sebuah gelombang. Gelombang yang dikeluarkan ketika kita terjaga dengan ketika kita tidak terjaga adalah berbeda. Pada saat terjaga atau keadaan sadar, otak mengeluarkan gelombang yang namanya gelombang Beta, Alpha, atau Theta. Dimana frekuensi tertinggi dimiliki gelombang Beta dengan frekuensi antara 12-40 Hz, yang kemudian disusul Alpha, serta Theta. Sedangkan ketika kita tidur lelap, gelombang yang dikeluarkan adalah gelombang Delta. Pikiran bawah sadar sendiri berada pada gelombang Alpha dan Theta, yaitu posisi dimana kita tidak sepenuhnya “sadar”, dalam pengertian bahwa kita tidak sepenuhnya fokus terhadap suatu keadaan. Sebagai contoh, jika kita diminta oleh petugas bank dengan kata-kata berikut :”Bolehkah saya minta kartu identitas anda?”, dengan serta merta kita akan mengasihkan sebuah KTP atau SIM yang ada dalam dompet kita, tanpa berpikir sedetik pun dan secara refleks kita memberikan KTP atau SIM kita. Padahal pertanyaan yang diberikan oleh petugas bank itu diawali dengan kata “bolehkah”, dimana kalau kita pikir kembali menggunakan logika kita, hal pertama yang harus kita lakukan tentunya adalah menjawab pertanyaan tersebut, seperti “bolehkan saya minta kartu identitas anda?”, maka harusnya kita menjawab “Boleh mba/boleh mas”, akan tetapi justru langsung mencabut KTP atau SIM kita dari dompet bahkan tanpa sebelumnya kita menjawab pertanyaan petugas bank tersebut. Dari kejadian tersebut kita mendapatkan kesimpulan bahwa pikiran bawah sadar merupakan pikiran di saat kita tidak menggunakan logika dan analisis terhadap suatu kondisi atau permasalahan.
Salah satu untuk kondisi otak dalam kondisi Alpha atau Theta adalah saat kita merasa mengantuk. Mengantuk adalah kondisi dimana kita berada dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar dengan kondisi sekitar. Jadi dapat dikatakan mengantuk merupakan proses penurunan tingkat kesadaran pikiran kita yang berada pada gelombang Beta menuju gelombang Alpha atau Theta. Oleh karena itu proses instal ulang dapat dilakukan ketika anak didik kita berada pada keadaan mengantuk.
– Selalu menggunakan kalimat positif
Pikiran bawah sadar tidak mengenal kata negatif seperti kata “Jangan”, “Bukan”, atau kata “Tidak”. Sebagai contoh ketika kita disuruh untuk tidak membayangkan seorang perempuan yang menggunakan baju warna pink dengan bando berada di kepalanya, malah kenyataannya pikiran kita membayangkan perempuan tersebut, padahal kita disuruh untuk tidak membayangkannya. Dengan demikian jangan gunakan kalimat negatif ketika kita menginstal ulang pikiran anak didik kita. Sebagai contohnya kita mengatakan pada anak didik kita yang bandel dengan kalimat “Adik jangan malas ya”, kata-kata tersebut akan sia-sia karena seperti disebutkan diatas, pikiran bawah sadar tidak mengenal kata negatif. Oleh karena itu ubah kata-kata tersebut menjadi “Adik, kalau adik rajin belajar nanti adik bisa rangking 1 loh”. Contoh-contoh kalimat yang lain dapat digunakan sepanjang tidak ada kata-kata atau kalimat yang negatif.
– Gunakan keadaan waktu sekarang
Jangan pernah menggunakan waktu akan, akan tetapi ingin dalam memberikan informasi baru terhadap pikiran bawah sadar kita. Seperti contoh berikut :” Saya ingin menjadi rajin belajar” dan bukannya “Saya akan rajin belajar”. Karena dengan menggunakan kata-kata “ingin” terdapat sebuah dorongan dalam diri untuk mewujudkan tersebut, sedangkan kata “akan” hanya membuat anak didik tidak mempunyai waktu yang jelas kapan ia akan rajin.
– Lakukan repetisi (pengulangan)
Proses pengisian informasi baru pada pikiran bawah sadar memerlukan pengulangan dari informasi baru tersebut. Proses pengulangan harus dilakukan setiap hari selama minimal 3-4 minggu.
Dari prinsip-prinsip dasar diatas, maka kita dapat melakukan instal ulang terhadap pikiran bawah sadar anak didik dengan cara-cara berikut ini :
– Dari uraian diatas dikatakan bahwa mengantuk adalah proses dimana kita berada dalam keadaan pikiran bawah sadar kita aktif. Oleh karena itu, berikan sugesti-sugesti atau kalimat-kalimat positif ketika anak didik dalam keadaan mengantuk. Itu biasanya terjadi ketika pelajaran akan berakhir atau ketika anak akan pulang, atau ketika anak didik telah melakukan kegiatan yang melibatkan fisiknya yang menyebabkan dia lelah dan mengantuk. Maka pada saat itu kita dapat memberikan informasi-informasi baru atau sebuah sugesti positif, seperti contoh berikut, ketika anak didik terlihat mengantuk karena telah melakukan aktivitas belajar di kelas selama seharian, seorang guru dapat memberikan sugseti positif dengan suara yang pelan dan lembut seperti kata-kata :”Kalian adalah anak yang baik, cerdas, serta rajin”,”Kalian adalah anak-anak yang ibu/bapak guru banggakan”;”Kalian adalah anak-anak yang hebat karena telah belajar dengan giat”, dan kalimat-kalimat positif lainnya;
– Jika anak didik kita sudah dapat menulis dan membaca, suruh anak didik kita di akhir pelajaran untuk menuliskan kalimat-kalimat yang positif pada buku tulisnya, seperti “Aku ingin belajar setiap hari”, satu halaman satu harinya. Lakukan antara 3-4 minggu. Setelah itu kita bisa mengganti kalimat tersebut dengan kalimat positif lain.
SEKILAS INFO
Pada usia dini, segala bentuk informasi yang ia terima, baik itu apa yang ia dengar, lihat, rasakan, serta alami akan langsung menuju pikiran bawah sadarnya. Pikiran bawah sadar dapat diartikan sebagai kondisi otak dalam keadaan tidak sedang melakukan analisis, logika, maupun fokus pada beberapa hal sekaligus. Artinya, ketika kita berada dalam kondisi hanya sedang fokus pada suatu keadaan, atau melakukan sesuatu secara spontan atau refleks itulah fenomena pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar mendominasi hampir seluruh aspek dalam kehidupan dan perilaku kita, karena isi pikiran bawah sadar tersebut diantaranya adalah kebiasan, kepribadian, serta belief (sesuatu yang diyakini sebagai sebuah kebenaran) dan value (sesuatu yang dianggap penting) seseorang. Pikiran bawah sadar pada masa anak-anak tidak memiliki yang namanya critical factor, dimana salah satu fungsi critical factor adalah melindungi pikiran bawah sadar terhadap sesuatu yang berlawanan dengan belief atau value yang dimilikinya. Dengan demikian pikiran bawah sadar pada masa kanak-kanak akan sangat terbuka terhadap berbagai informasi yang didapatnya selama ini, sehingga informasi-informasi tersebut masuk secara leluasa ke dalam pikiran bawah sadarnya, dan mulai mengisi isi pikiran bawah sadarnya. Jika informasi yang didapat secara terus menerus itu adalah informasi negatif, maka isi pikiran bawah sadarnya akan terisi dengan segala sesuatu yang negatif dan lama kelamaan akan membentuk suatu belief dan value anak terhadap informasi tersebut.
Salah satu cara pembentukan isi pikiran bawah sadar adalah melalui repetisi (pengulangan). Anak didik yang dilingkungannya sering mendapat kata-kata negatif seperti kamu bodoh, malas, jelek, dan kata-kata negatif lainnya, baik itu yang dilakukan oleh orang tuanya di rumah atau guru serta temannya di sekolah, akan membentuk belief bahwa dia adalah anak yang bodoh, malas, dan jelek, karena semua orang yang ditemuinya berkata demikian. Hal lain yang semakin menguatkan pembentukan isi pikiran bawah sadar adalah emosi intens. Sebagai contoh, ketika seorang anak tidak dapat mengerjakan soal-soal matematika, dan seketika itu pula sang guru mengatakan padanya bahwa dia anak yang bodoh, maka seketika itu pula informasi tersebut masuk dalam pikiran bawah sadarnya dan akan semakin menguat jika kejadian tersebut terulang terus menerus.
Oleh karena itu berhati-hatilah memberikan sebuah informasi kepada anak-anak kita, baik itu melalui kata-kata yang kita atau lingkungannya berikan serta dari perilaku kita dan lingkungan sekitar perlihatkan, karena semua hal tersebut akan mengisi pikiran bawah sadarnya dan menjadikannya belief dan value dari si anak.
Dengan cara-cara diatas diharapkan anak-anak didik kita akan semakin mampu memahami kelebihan dan kekurangan dirinya. Sehingga dia menjadi pribadi yang tidak minder, berani tampil apa adanya, bergaul dengan teman yang lain, tahu apa yang akan dituju dan bagaimana cara meraihnya.
PROFESI DENGAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Motivator seperti Mario Teguh, Tung Desem Waringin, atau Andri Wongso, merupakan orang-orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi. Mereka memahami kelebihan yang dimiliki dalam dirinya namun tidak berkeluh kesah terhadap kekurangan yang ada. Mereka juga mempunyai tujuan hidup dan cita-cita yang ingin dicapainya serta mengetahui langkah-langkah mencapai tujuan dan cita-citanya tersebut. Selain itu mereka memahami apa yang dirasakan orang dan mempunyai keinginan membantu mereka ke keadaan yang lebih baik.
Profesi motivator seperti diatas dapat kita kenalkan kepada anak didik kita yang memiliki potensi kecerdasan intrapersonal yang tinggi. Kita dapat mengenalkan kepada anak didik kita melalui menceritakan kisah perjuangan motivator tersebut dalam mencapai cita-citanya serta caranya dalam membantu orang lain. Selain itu kita dapat sekali-kali mengikuti seminar-seminar yang diadakan oleh motivator tersebut untuk mengenal lebih dekat profesi tersebut.
Ref :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/kecerdasan.interpersonal.tak.sekadar.punya.banyak.teman/001/007/499/6/4
http://hanifa93.wordpress.com/2008/02/22/asah-potensi-anak-lewat-kecerdasan-intrapersonal/
Wahyu Ejo Prasetyanto : Benarkah Ada Anak Malas dan Anak Bodoh – Penerbit Pustaka Widyatama